Monday, November 12, 2012

NFS (Network File Sharing)

Dasar Teori
Dalam sistem file lokal Linux terdiri atas root, diikuti dengan direktori , files dan subdirektori. Sistem file dapat dikembangkan pada setiap partisi logical di harddisk, sehingga menjadi satu sistem file yang besar.
Melalui utilitas mount kedua sistem file tersebut  dapat digabungkan menjadi satu. Pengembangan sistem file tersebut dapat juga dilakukan melalui jaringan, yaitu dengan melekatkan sistem file komputer lokal dengan sistem file yang berada di komputer di jaringan. Melalui utilitas mount kedua sistem file tersebut  dapat digabungkan menjadi satu. Network File System (NFS) adalah salah suatu layanan (service) yang dapat memungkinkan suatu komputer untuk melakukan proses mount suatu direktori / peralatan pada komputer lain. Dengan menggunakan NFS, suatu komputer dapat berbagi file, data dan bahkan program antara sesama klien yang terhubung ke server utama. NFS juga memungkinkan suatu komputer untuk melakukan pengaktifan/penggunaan (mounting) peralatan pada komputer lain yang terhubung ke jaringan.

Sunday, October 21, 2012

DHCP Server

Pendahuluan :
Alamat IP (IP Addres ssering disingkat IP) adalaH angka 32-bit yang menunjukkan alamat darI sebuah komputer pada jaringan berbasis TCP/IP. Pengiriman data dalam jaringan TCP/IP berdasarkan IP address komputer pengirim dan komputer penerima.

 Pengalamatan IP address
►IP Statis
    Konfigurasi IP secara Manual
►IP dinamis
    Konfigurasi IP Oleh Computer Server melalui Jaringan Computer
  

Sunday, October 7, 2012

SSH, SFTP, dan SCP

 

Nama : M.Firly Feisal Abdigusna  
NIM  : 11615042

TUJUAN PEMBELAJARAN
1.            Mahasiswa dapat memahami penggunaan service secure shell, secure copy dan secure ftp pada sistem operasi unix/linux.
2.            Mahasiswa mampu melakukan instalasi dan konfigurasi  ssh untuk meningkatkan keamanan data.
3.            Mahasiswa memahami kelebihan penggunaan secure shell dibanding service telnet, ftp dan perintah remote lainnya.

Monday, October 1, 2012

Telnet dan File Transfer Protocol

Nama : M.Firly Feisal Abdigusna
NIM  : 11615042

DASAR TEORI :

FTP menggunakan protokol transport TCP untuk mengirimkan file. TCP dipakai
sebagai protokol transport karena protokol ini memberikan garansi pengiriman
dengan FTP yang dapat memungkinkan user mengakses file dan direktory secara
interaktif, diantaranya :
•Melihat daftar file pada direktory remote dan lokal.
•Menganti nama dan menghapus file
•Transfer file dari host remote ke lokal (download)
•Transfer file dari host lokal ke remote (upload)
Pada gambar dibawah menunjukkan mekanisme transfer file dari host lokal ke
remote, proses transfer file seperti ditunjukkan dengan tanda panah pada gambar
tersebut. Tahapan FTP dimulai dari client memasuki jaringan TCP/IP, komputer
remote yang akan dituju disebut host FTP, dan host FTP ini harus memiliki
software FTP server yang telah diinstall agar dapat berinteraksi dengan sistem
file pada host. Untuk memulai melakukan FTP, maka berikan perintah seperti
berikut :

Saturday, September 22, 2012

Network Tools

Nama : M.Firly Feisal Abdigusna
NIM : 11615042

Dasar Teori :
    

       Dalam melakukan tugas-tugas administrasi sistem, administrator sistem mau tidak mau akan banyak berhubungan dengan tools – tools pendukung. Tanpa bantuan tool ini pekerjaan administrasi akan sulit dijalankan.

Network Management
Etherman
Tool yang berbasis GUI yang menampilkan representasi dari komunikasi – komunikasi ethernet secara real time.

Tcp wrapper
Berguna untuk mengontrol siapa saja yang mengakses sistem. Dapat memproteksi usaha pelanggaran terhadap sistem

Xmotd
Dipakai menuliskan atau menampilkan Message of the day, untuk setiap user yang login

Monday, July 2, 2012

Laporan UAS

Kali ini saya akan membuat laporan tentang pembuatan jaringan seperti di bawah ini


 




Sebelum kita membuat jaringan di atas ada baiknya kita mempelajari dolo tentang
1. Routing
2. VTP

Ok, Langsung saya kita membuat jaringannya

Step 1

Kita akan men-setting jaringan yang dilingkari terlebih dahulu

 
  •  Setting ip pada PC1 - PC7 sesuai Addressing Table di atas.
  • Setting ke 3 switch di atas.

    Pada S1

    Switch>enable
    Switch#configure terminal
    Switch(config)#hostname S1
    S1(config)#enable secret class
    S1(config)#no ip domain-lookup
    S1(config)#line console 0
    S1(config-line)#password cisco
    S1(config-line)#login
    S1(config-line)#line vty 0 15
    S1(config-line)#password cisco
    S1(config-line)#login
    S1(config-line)#exit
    S1(config)#vtp mode server
    S1(config)#vtp password cisco
    S1(config)#vlan 10
    S1(config-vlan)#name Staff
    S1(config-vlan)#vlan 20
    S1(config-vlan)#name Student
    S1(config-vlan)#vlan 30
    S1(config-vlan)#name Guest
    S1(config-vlan)#vlan 99
    S1(config-vlan)#name Management
    S1(config-vlan)#exit
    S1(config)#interface range fa0/1-5
    S1(config-if)#switchport mode trunk
    S1(config-if)#switchport trunk native vlan 99
    S1(config)#exit
    S1(config)#interface vlan 99
    S1(config-if)#ip address 172.17.99.11 255.255.255.0
    S1(config-if)#end

    Pada S2

    Switch>enable
    Switch#configure terminal
    Switch(config)#hostname S2
    S2(config)#enable secret class
    S2(config)#no ip domain-lookup
    S2(config)#line console 0
    S2(config-line)#password cisco
    S2(config-line)#login
    S2(config-line)#line vty 0 15
    S2(config-line)#password cisco
    S2(config-line)#login
    S2(config-line)#exit
    S2(config)#vtp mode client
    S2(config)#vtp password cisco
    S2(config)#interface range fa0/1-5
    S2(config-if)#switchport mode trunk
    S2(config-if)#switchport trunk native vlan 99
    S2(config-if)#interface range fa0/6-10
    S2(config-if)#switchport mode access
    S2(config-if)#switchport access vlan 30
    S2(config-if)#interface range fa0/11-17
    S2(config-if)#switchport mode access
    S2(config-if)#switchport access vlan 10
    S2(config-if)#interface range fa0/18-24
    S2(config-if)#switchport mode access
    S2(config-if)#switchport access vlan 20
    S2(config-if)#interface vlan 99
    S2(config-if)#ip address 172.17.99.12 255.255.255.0
    S2(config-if)#end

    Pada S3

    Switch>enable
    Switch#configure terminal
    Switch(config)#hostname S3
    S3(config)#enable secret class
    S3(config)#no ip domain-lookup
    S3(config)#line console 0
    S3(config-line)#password cisco
    S3(config-line)#login
    S3(config-line)#line vty 0 15
    S3(config-line)#password cisco
    S3(config-line)#login
    S3(config-line)#exit
    S3(config)#vtp mode client
    S3(config)#vtp password cisco
    S3(config)#interface range fa0/1-5
    S3(config-if)#switchport mode trunk
    S3(config-if)#switchport trunk native vlan 99
    S3(config-if)#interface range fa0/6-10
    S3(config-if)#switchport mode access
    S3(config-if)#switchport access vlan 30
    S3(config-if)#interface range fa0/11-17
    S3(config-if)#switchport mode access
    S3(config-if)#switchport access vlan 10
    S3(config-if)#interface range fa0/18-24
    S3(config-if)#switchport mode access
    S3(config-if)#switchport access vlan 20
    S3(config-if)#interface vlan 99
    S3(config-if)#ip address 172.17.99.13 255.255.255.0
    S3(config-if)#end
Step 2

Selanjutnya kita setting pada bagian router


  • Setting IP HQVLAN10 - HQVLAN30 berdasarkan tabel di atas.
  • Setting Router

    Pada R1

    Router>enable
    Router#configure terminal
    Router(config)#hostname R1
    R1(config)#enable secret class
    R1(config)#no ip domain-lookup
    R1(config)#line console 0
    R1(config-line)#password cisco
    R1(config-line)#login
    R1(config-line)#line vty 0 15
    R1(config-line)#password cisco
    R1(config-line)#login
    R1(config-line)#exit
    R1(config)#interface fa0/0
    R1(config-if)#ip address 172.17.200.17 255.255.255.240
    R1(config-if)#interface s0/0/0
    R1(config-if)#ip address 209.165.200.229 255.255.255.252

    Pada R2
    Router>enable
    Router#configure terminal
    Router(config)#hostname R2
    R2(config)#enable secret class
    R2(config)#no ip domain-lookup
    R2(config)#line console 0
    R2(config-line)#password cisco
    R2(config-line)#login
    R2(config-line)#line vty 0 15
    R2(config-line)#password cisco
    R2(config-line)#login
    R2(config-line)#exit
    R2(config)#interface fa0/0
    R2(config-if)#ip address 172.17.200.33 255.255.255.240
    R2(config-if)#interface s0/0/0
    R2(config-if)#ip address 209.165.200.233 255.255.255.252

    Pada R3

    Router>enable
    Router#configure terminal
    Router(config)#hostname R3
    R3(config)#enable secret class
    R3(config)#no ip domain-lookup
    R3(config)#line console 0
    R3(config-line)#password cisco
    R3(config-line)#login
    R3(config-line)#line vty 0 15
    R3(config-line)#password cisco
    R3(config-line)#login
    R3(config-line)#exit
    R3(config)#interface fa0/0
    R3(config-if)#ip address 10.1.0.1 255.255.0.0
    R3(config-if)#interface s0/0/0
    R3(config-if)#ip address 209.165.200.237 255.255.255.252
    R3(config-if)#interface s0/0/1
    R3(config-if)#ip address 209.165.200.241 255.255.255.252

    Pada R4

    Router>enable
    Router#configure terminal
    Router(config)#hostname R4
    R4(config)#enable secret class
    R4(config)#no ip domain-lookup
    R4(config)#line console 0
    R4(config-line)#password cisco
    R4(config-line)#login
    R4(config-line)#line vty 0 15
    R4(config-line)#password cisco
    R4(config-line)#login
    R4(config-line)#exit
    R4(config)#interface s0/0/0
    R4(config-if)#ip address 209.165.200.230 255.255.255.252
    R4(config-if)#interface s0/0/1
    R4(config-if)#ip address 209.165.200.244 255.255.255.252
    R4(config-if)#interface s0/1/0
    R4(config-if)#ip address 209.165.200.248 255.255.255.252

    Pada ISP Router

    Router>enable
    Router#configure terminal
    Router(config)#hostname ISP
    ISP(config)#enable secret class
    ISP(config)#no ip domain-lookup
    ISP(config)#line console 0
    ISP(config-line)#password cisco
    ISP(config-line)#login
    ISP(config-line)#line vty 0 15
    ISP(config-line)#password cisco
    ISP(config-line)#login
    ISP(config-line)#exit
    ISP(config)#interface s0/0/1
    ISP(config-if)#ip address 209.165.200.242 255.255.255.252
Step 3

Setting default route dan static route pada semua router

Pada R1

R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 serial 0/0/0
R1(config)#ip route 172.17.10.0 255.255.255.0 serial 0/0/0

Pada R2

R2(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 serial 0/0/0
R2(config)#ip route 172.17.20.0 255.255.255.0 serial 0/0/0

Pada R3

R3(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 serial 0/0/1

Pada R4

R4(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 serial 0/1/0
R4(config)#ip route 10.1.0.0 255.255.0.0 serial 0/1/0
R4(config)#ip route 172.30.200.32 255.255.255.240 serial 0/0/1
R4(config)#ip route 172.30.200.16 255.255.255.240 serial 0/0/0


Pada ISP Router

ISP(config)#ip route 10.1.0.0 255.255.0.0 serial 0/0/1

Sekian Laporan UAS saya.
Mohon maaf bila ada yang salah atau kurang, tapi ini lah hasil kerja saya.

Monday, June 4, 2012

RIP

APA ITU RIP ?
Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Oleh karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan algoritma Distance-Vector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang diterbitkan dalam RFC 2080 (1997).

Detail Teknis
RIP adalah routing vektor jarak-protokol, yang mempekerjakan hop sebagai metrik routing. Palka down time adalah 180 detik. RIP mencegah routing loop dengan menerapkan batasan pada jumlah hop diperbolehkan dalam path dari sumber ke tempat tujuan. Jumlah maksimum hop diperbolehkan untuk RIP adalah 15. Batas hop ini, bagaimanapun, juga membatasi ukuran jaringan yang dapat mendukung RIP. Sebuah hop 16 adalah dianggap jarak yang tak terbatas dan digunakan untuk mencela tidak dapat diakses, bisa dioperasi, atau rute yang tidak diinginkan dalam proses seleksi.
Awalnya setiap router RIP mentransmisikan / menyebarkan pembaruan(update) penuh setiap 30 detik. Pada awal penyebaran, tabel routing cukup kecil bahwa lalu lintas tidak signifikan. Seperti jaringan tumbuh dalam ukuran, bagaimanapun, itu menjadi nyata mungkin ada lalu lintas besar-besaran meledak setiap 30 detik, bahkan jika router sudah diinisialisasi secara acak kali. Diperkirakan, sebagai akibat dari inisialisasi acak, routing update akan menyebar dalam waktu, tetapi ini tidak benar dalam praktiknya. Sally Floyd dan Van Jacobson menunjukkan pada tahun 1994 bahwa, tanpa sedikit pengacakan dari update timer, penghitung waktu disinkronkan sepanjang waktu dan mengirimkan update pada waktu yang sama. Implementasi RIP modern disengaja memperkenalkan variasi ke update timer interval dari setiap router.
RIP mengimplementasikan split horizon, rute holddown keracunan dan mekanisme untuk mencegah informasi routing yang tidak benar dari yang disebarkan. Ini adalah beberapa fitur stabilitas RIP.
Dalam kebanyakan lingkungan jaringan saat ini, RIP bukanlah pilihan yang lebih disukai untuk routing sebagai waktu untuk menyatu dan skalabilitas miskin dibandingkan dengan EIGRP, OSPF, atau IS-IS (dua terakhir yang link-state routing protocol), dan batas hop parah membatasi ukuran jaringan itu dapat digunakan in Namun, mudah untuk mengkonfigurasi, karena RIP tidak memerlukan parameter pada sebuah router dalam protokol lain oposisi. RIP dilaksanakan di atas User Datagram Protocol sebagai protokol transport. Ini adalah menugaskan dilindungi undang-undang nomor port 520.

Versi
Ada tiga versi dari Routing Information Protocol: RIPv1, RIPv2, dan RIPng.
RIP versi 1
Spesifikasi asli RIP, didefinisikan dalam RFC 1058, classful menggunakan routing. Update routing periodik tidak membawa informasi subnet, kurang dukungan untuk Variable Length Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan ini tidak memungkinkan untuk memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama. Juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi, membuat RIP rentan terhadap berbagai serangan.
RIP versi 2
Karena kekurangan RIP asli spesifikasi, RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998. Ini termasuk kemampuan untuk membawa informasi subnet, sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop dari 15 tetap. RIPv2 memiliki fasilitas untuk sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal jika semua protokol Harus Nol bidang dalam pesan RIPv1 benar ditentukan. Selain itu, aktifkan kompatibilitas fitur memungkinkan interoperabilitas halus penyesuaian.
Dalam upaya untuk menghindari beban yang tidak perlu host yang tidak berpartisipasi dalam routing, RIPv2 me-multicast seluruh tabel routing ke semua router yang berdekatan di alamat 224.0.0.9, sebagai lawan dari RIP yang menggunakan siaran unicast. Alamat 224.0.0.9 ini berada pada alamat IP versi 4 kelas D (range 224.0.0.0 - 239.255.255.255). Pengalamatan unicast masih diperbolehkan untuk aplikasi khusus. (MD5) otentikasi RIP diperkenalkan pada tahun 1997. RIPv2 adalah Standar Internet STD-56.
RIPng
RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang didefinisikan dalam RFC 2080, adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol berikutnya. Perbedaan utama antara RIPv2 dan RIPng adalah:
§  Dukungan dari jaringan IPv6.
§  RIPv2 mendukung otentikasi RIPv1, sedangkan RIPng tidak. IPv6 router itu, pada saat itu, seharusnya menggunakan IP Security (IPsec) untuk otentikasi.
§  RIPv2 memungkinkan pemberian beragam tag untuk rute , sedangkan RIPng tidak;
§  RIPv2 meng-encode hop berikutnya (next-hop) ke setiap entry route, RIPng membutuhkan penyandian (encoding) tertentu dari hop berikutnya untuk satu set entry route .
Batasan
§  Hop count tidak dapat melebihi 15, dalam kasus jika melebihi akan dianggap tidak sah. Hop tak hingga direpresentasikan dengan angka 16.
§  Sebagian besar jaringan RIP datar. Tidak ada konsep wilayah atau batas-batas dalam jaringan RIP.
§  Variabel Length Subnet Masks tidak didukung oleh RIP IPv4 versi 1 (RIPv1). RIP memiliki konvergensi lambat dan menghitung sampai tak terhingga masalah.

Ok. Selanjutnya kita akan melakukan praktikum RIP dengan menggunakan Packet Tracer

Langkah Praktikum
Skenario RIP A : 
Download Skenario RIP A disini, lalu buka file tersebut.
Konfigurasi RIP pada R1. Ketikan syntax dibawah ini :
Password:
cisco
R1>enable
Password: class
R1#configure terminal
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
R1(config)#router rip
R1(config-router)#network 192.168.1.0
R1(config-router)#network 192.168.2.0
R1(config-router)#end
R1#
%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console
R1#copy run start
Destination filename [startup-config]?
Building configuration...
[OK]

Konfigurasi RIP pada R2. Ketikan syntax dibawah ini :
Password:
cisco
R2>enable
R2#configure terminal
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
R2(config)#router rip
R2(config-router)#network 192.168.2.0
R2(config-router)#network 192.168.3.0
R2(config-router)#network 192.168.4.0
R2(config-router)#end
R2#
%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console
R2#copy run start
Destination filename [startup-config]?
Building configuration...
[OK]
Konfigurasi RIP pada R3. Ketikan syntax dibawah ini :
Password:
cisco
R3>enable
Password: class
R3#configure terminal
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
R3(config)#router rip
R3(config-router)#network 192.168.4.0
R3(config-router)#network 192.168.5.0
R3(config-router)#end
R3#
%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console
R3#copy run start
Destination filename [startup-config]?
Building configuration...
[OK]
R1#show ip route
Apabila hasilnya seperti gambar dibawah ini, maka Skenario RIP A telah selesai dikerjakan dengan baik.

R2#show ip route
Apabila hasilnya seperti gambar dibawah ini, maka Skenario RIP A telah selesai dikerjakan dengan baik.

R3#show ip route
Apabila hasilnya seperti gambar dibawah ini, maka Skenario RIP A telah selesai dikerjakan dengan baik.
 
Sekian Penjelasan tentang RIP kali ini.

Wednesday, May 9, 2012

Basic Static Route

Apa itu Static Route ?

static route adalah suatu mekanisme routing yang tergantung dengan routing table dengan konfigurasi manual. Disisi lain dynamic routing adalah suatu mekanisme routing dimana pertukaran routing table antar router yang ada pada jaringan dilakukan secara dynamic.

Dalam skala jaringan yang kecil yang mungkin terdiri dari dua atau tiga router saja, pemakaian static route lebih umum dipakai. Static router (yang menggunakan solusi static route) haruslah di configure secara manual dan dimaintain secara terpisah karena tidak melakukan pertukaran informasi routing table secara dinamis dengan router-router lainnya.

Suatu static route akan berfungsi sempurna jika routing table berisi suatu route untuk setiap jaringan didalam internetwork yang mana dikonfigure secara manual oleh administrator jaringan. Setiap host pada jaringan harus dikonfigure untuk mengarah kepada default route atau default gateway agar cocok dengan IP address dari interface local router, dimana router memeriksa routing table dan menentukan route yang mana digunakan untuk meneruskan paket.
Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entry – suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.
Static route terdiri dari command-command konfigurasi sendiri-sendiri untuk setiap route kepada router. sebuah router hanya akan meneruskan paket hanya kepada subnet-subnet yang ada pada routing table. Sebuah router selalu mengetahui route yang bersentuhan langsung kepada nya – keluar interface dari router yang mempunyai status “up and up” pada line interface dan protocolnya. Dengan menambahkan static route, sebuah router dapat diberitahukan kemana harus meneruskan paket-paket kepada subnet-subnet yang tidak bersentuhan langsung kepadanya.

Keuntungan static route:
  • Static route lebih aman disbanding dynamic route
  • Static route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic.
Kerugian static route :
  • Administrasinya adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
  • Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual.
Simulasi dengan Packet Tracer

  Ok, pertama buat desain seperti ini dan atur masing-masing device menggunakan addressing table.
Desain

Addressing Table
Next. Pada router, masuk ke global configuration mode dan konfigurasi basic global configurations. keemudian konfigurasi console dan virtual terminal line password pada setiap router. Gunakan perintah sebagai berikut.


Setelah itu klik R1 kemudian masukkan perintah ini.
R1# debug ip routing.

Selanjutnya masuk ke konfigurasi interface mode pada R1,lalu ketikkan perintah di bawah ini.
R1#configure terminal
R1(config)#interface fastethernet 0/0
R1(config-if)#ip address 172.16.3.1 255.255.255.0

Masuk ke konfigurasi interface mode R1 pada interface yang terkoneksi pada R2.
R1#configure terminal
R1(config)# interface serial 0/0/0
R1(config-if)# ip address 172.16.2.1 255.255.255.0
R1(config-if)# clock rate 64000

Klik R2 kemudian masukkan perintah ini.
R2#debug ip routing

Masuk ke konfigurasi interface mode R2 pada interface yang terkoneksi pada R1.
R2#configure terminal
R2(config)# interface serial 0/0/0
R2(config-if)# ip address 172.16.2.2 255.255.255.0 
R2(config-if)# clock rate 64000


Matikan debug pada router 1 dan router 2 dengan menggunakan perintah ini.
R1#no debug ip routing

Konfigurasi Static Route dengan "next-hop" address pada R3.
R3(config)# ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 192.168.1.2

Pada router R2, konfigurasi static route untuk menjangkau jaringan 192.168.2.0
R2(config)# ip route 192.168.2.0 255.255.255.0

Konfigurasi static route menggunakan Exit Interface.
R3(config)#ip route 172.16.2.0 255.255.255.0 serial0/0/1

Pada router R2, konfigurasi static route menggunakan jaringan 172.16.3.0 di interface serial 0/0/0 pada router R2 sebagai Exit Interface.
R2(config)# ip route 172.16.3.0 255.255.255.0 serial0/0/0

Konfigurasi default static route menggunakan perintah dibawah ini.
R1(config)# ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 172.16.2.2 

Last. PING pada setiap PC.
PC1 --> PC3

PC2 --> PC3

PC1 --> PC2